- 1. Apa itu Wisata Halal (Halal Tourism)?
- 2. Perkembangan Wisata Halal di Beberapa Negara
- 3. Prinsip-prinsip Wisata Halal
- 3.1 1. Makanan Halal
- 3.2 2. Tidak Ada Alkohol
- 3.3 3. Tidak Menyajikan Produk dari Babi
- 3.4 4. Tidak ada Diskotik
- 3.5 5. Staf Mahram
- 3.6 6. Hiburan yang Sesuai
- 3.7 7. Fasilitas Ibadah
- 3.8 8. Pakaian Islami
- 3.9 9. Al-Quran dan Peralatan Ibadah
- 3.10 10. Toilet yang Representatif
- 3.11 11. Layanan Keuangan Syariah
Wisata halal mulai dilirik baik oleh pelaku usaha atau wisatawan sendiri, di Indonesia sendiri minat terhadap wisata yang mengusung konsep ini juga banyak dilirik oleh wisatawan mancanegara. Sebab, kehalalan, kebersihan, kesehatan dan infrastrukturnya lebih terjamin dengan adanya proses audit halal dan sistem jaminan halal yang diterapkan perusahaan.
Sayangnya, tidak sedikit pula yang menganggap konsep halal tourism ini sebagai bualan belaka. Umumnya mereka beranggapan bahwa konsep ini diusung hanya untuk mengikuti tren pasar saja. Tidak ada nilai-nilai penting didalamnya, konsep wisata apapun semua sama saja tidak ada bedanya.
Nah, untuk menghindari persepsi miring ini dan untuk meningkatkan perhatian terhadap potensi halal tourism. Ulasan berikut ini akan membantu merubah persepsi Anda dalam memahami halal tourism, adapun detailnya adalah sebagai berikut:
Apa itu Wisata Halal (Halal Tourism)?
Dalam berbagai literatur yang ada ditemukan beberapa istilah yang memiliki sinonim dengan konsep wisata halal ini yakni sharia travel, islamic tourism, dan halal tourism. Secara definitif, halal tourism sendiri diartikan cukup beragam adapun detail bisa Anda lihat pada gambar berikut ini:
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa halal tourism mencangkup banyak dimensi yakni dimensi perilaku/akhlaq muslim dalam perjalanan, dimensi sosial-kemasyarakat seorang muslim, dimensi tempat dan produk, adat, budaya dan sejenisnya.
Secara lebih spesifik pengertian wisata halal ini dapat kita pahami dalam ulasan tabel berikut ini:
Dari tabel di atas terlihat bahwa wisata islami mencangkup beberapa hal tentang dunia kepariwisataan antara lain kegiatan berwisata, produk dan layanan dalam berwisata, hingga paket wisata yang ditawarkan.
Perkembangan Wisata Halal di Beberapa Negara
Untuk membantu Anda mengetahui dan/atau memantau bagaimana perkembangan halal tourism di beberapa negara. Berikut ini disajikan ulasan singkat pengembangan wisata halal yang ada di beberapa negara, adapun detailnya adalah sebagai berikut:
1. Wisata Halal di Indonesia
Sebagai contoh perkembangan pariwisata halal di Indonesia adalah sebagaimana telah dilakukan di NTB (Nusa Tenggara Barat). Pemda NTB bekerjasama dengan pihak MUI, LPPOM, kementerian kebudayaan serta UMKM setempat telah berhasil menjadikan daerahnya sebagai salah satu pusat halal tourism di Indonesia. Kini terdapat lebih dari 644 telah diterbitkan sebagai output dari kerjasama yang telah dilakukan. Sertifikat halal ini tidak hanya berkaitan dengan makanan saja, melainkan juga termasuk restoran halal, hotel halal dan menyediakan fasilitas ibadah yang terintegrasi dengan destinasi wisata bersangkutan.
2. Wisata Halal di Malaysia
Malaysia merupakan negara yang mendapat rangking pertama dalam indeks pariwisata halal di dunia. Pemerintah Malaysia memang menaruh perhatian lebih terhadap perkembangan halal tourism khususnya di wilayah kuala lumpur. Kini di Negara ini tidak hanya persoalan makanan halal saja yang menjadi perhatian. Dengan menargetkan wisatawan dari Wilayah Timur Tengah, Malaysia mampu menyediakan layanan serba Timur Tengah, mulai makanan khas timur tengah, pelayanan dengan kemampuan bahasa arab, hingga label makanan yang berbahasa arab juga. Selain itu, Malaysia juga telah memiliki ratusan hotel bersertifikat halal yakni 273 hotel bintang 3-5, dan 53 hotel bintang 1 dan 2.
3. Wisata Halal di Jepang
Jepang memulai langkah nyata dalam pengembangan wisata islami ini adalah dengan membentuk Japan Halal Association (JHA). Melalui JHA ini jepang melakukan pengawasan dan sekaligus memberikan sertifikat halal pada produk-produk yang beredar di kota-kota besar seperti Osaka dan Hokkaido. JHA juga memberikan himbauan kepada pengelola wisata untuk membuat paket khusus wisata islami bagi muslim yang berkunjung atau menetap di sana. Selain itu, JHA juga telah menerbitkan buku panduan khusus bagi wisatawan muslim yang berisikan berbagai informasi halal seperti restoran halal, hotel halal, masjid dan layanan wisata lainnya.
5. Wisata Islami Korea Selatan
Upaya Korsel dalam mengkampanyekan wisata islami dimulai dengan melakukan koordinasi dan sinkronisasi antara Korean Halal Association (KHA), Korean Muslim Federation (KMF), Korean Tourism Organization (KTO). Melalui kerjasama tersebut akhirnya didapatkan sebanyak 130 restoran yang ramah bagi wisatawan muslim. 130 restoran tersebut diklasifikasikan menjadi restoran bersertifikasi halal dari pemerintah, restoran bersertifikasi halal atas inisiatif sendiri (memiliki semacam SOP halal), restoran penjual makanan halal tapi tetap menyediakan alkohol, restoran penjual makanan yang hanya berasal dari sayuran dan tidak ada unsur babi, dan restoran penjual daging non-babi.
Prinsip-prinsip Wisata Halal
Berdasarkan pada uraian mengenai definisi dan program wisata halal di beberapa negara tersebut di atas. Didapatkan ciri-ciri pariwisata halal dan sekaligus menjadi prinsip wisata halal berikut ini:
1. Makanan Halal
Pariwisata halal harus menyediakan restoran yang menyediakan makanan halal di dalamnya, baik yang telah tersertifikasi oleh lembaga resmi atau berdasarkan Standar Operasional Prosedur yang dimiliki.
2. Tidak Ada Alkohol
Dalam restoran halal yang tersedia sebagai paket wisata pasti tidak ada minuman atau makanan yang mengandung alkohol. Kalaupun ada, terdapat aturan khusus seperti halnya yang ada di Korea Selatan.
3. Tidak Menyajikan Produk dari Babi
Semua jenis restoran yang mengklaim dirinya sebagai wisata halal akan menghindari dan menolak untuk menyajikan makanan yang mengandung unsur babi.
4. Tidak ada Diskotik
Selain berkaitan dengan makanan, konsep pariwisata halal juga berkaitan dengan kegiatan. Pariwisata halal tidak menyediakan diskotik sebagai bentuk paket berlibur.
5. Staf Mahram
Artinya dalam hal pelayanan di hotel, pria melayani pria, wanita juga hanya melayani wanita. Demikian halnya di restoran atau wahana wisata tertentu.
6. Hiburan yang Sesuai
Hiburan yang disediakan pun juga tidak boleh sampai mengarah pada melanggar ketentuan syariat.
7. Fasilitas Ibadah
Halal tourism juga harus menyediakan fasilitas ibadah yang mudah di akses oleh wisatawan muslim.
8. Pakaian Islami
Dalam pelayanan wisata, misalnya staf hotel atau pelayan di restoran juga harus memakai seragam yang islami atau menutup aurat.
9. Al-Quran dan Peralatan Ibadah
Ciri lain dari halal tourism adalah adanya al-Quran dan peralatan ibadah yang dapat dipakai dan terjamin kesuciannya.
10. Toilet yang Representatif
Toilet dan kamar mandi harus dapat dengan mudah digunakan untuk bersuci baik bersuci dari najis atau melakukan wudhu.
11. Layanan Keuangan Syariah
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam halal tourism adalah layanan pembayaran yang berdasarkan prinsip syariah dan tidak ada bunga.
Demikianlah ulasan mengenai kriteria wisata halal termasuk beberapa daftar wisata halal di Asia. Nantikan ulasan spesifik halal tourism di artikel selanjutnya.